Kamis, 24 September 2015

Fenomena Gunung Muria


Gunung Muria ah, jadi inget cerita tentang sunan muria nih. ya gunung muria ini memang tempatnya sunan muria kalo sobat-sobat pernah dengar cerita sunan muria pasti tau lokasi gunung muria dimana.
ya, gunung muria berada di utara pulau jawa dimana fenomena unik dan aneh namun sampai sekarang belum ada yang mengkaji secara detail tentang anomali ini bahkan buku-buku sejarah pun minim informasi. dimana normalnya deretan gunung di jawa berada di jalur api atau ring of fire, gunung api lahir dan tumbuh mengikuti rekahan yang ada. misalnya gunung aktif di sumatera berdiri diatas sesar sumatera sebagai urat nadinya jadi wajar saja kalau ada gempa tektonik maka diikuti oleh batuk2 gunung api disekitarnya karenan memang satu urat nadi kasarannya begitu, sedangkan urat nadi pulau jawa berposisi di tengah pulau jawa berbeda dengan gunung muria yang sendirian berada di utara jawa.


gunung muria berumur 1 juta s/d 10.000 BC dimana berstatus tidur, letusan terakhir diperkirakan terjadi pada 160 BC dimana sudah 2000 tahun tidak menampakkan aktivitasnya. dengan kedalaman yang menukik 400 km sebuah kejadian gempa sangatlah sulit terjadi meskipun bisa namun efeknya mungkin tidak terasa, tapi jangan bilang tidak mungkin lho ya namanya juga alam pasti punya kejutan yang menakutkan buat kita. karena aman dari gempa sekarang PLTN Nuklir indonesia dibangun di sini.

bikin penasaran nih, mari kita pahami dulu posisi gunung ini yang terkesan aneh dan tidak biasa ini.
pada struktur regional pulau jawa gunung ini berada tepat di atas sesar tektonik tua (muria kebumen BD-TL) di jawa tengah kemungkinan memotong gunung sumbing pada pra kuarter.



trus sob gimana kelanjutannya kok bisa berada di utara jawa?
lah iya sob ini nih, inget nggak kalo pulau jawa ini terus bergerak kearah utara akibat subduksi lempeng indoaustrali? dimana akhirnya perubahan posisi aliran air bengawan solo yang keselatan jadi keutara bisa dibaca di artikel sebelumnya  klik disini. lah dari subduksi lempeng australi itu kemungkinan pulau jawa dan gunung muria dahulunya berpisah, dimana gunung muria adalah pulau tersendiri bukan bagian jawa.
nggak percaya nih? iyalah nggak percaya masa dulu pisah sekarang bersatu adanya tuh bersatu terus berpisah. eh itu namanya cerai sob beda mah kalo sama ini jangan di sama-samain dong hehehe.

gini aja inget nggak kalo dahulu itu kerajaan demak berada di pinggir laut? dimana dahulu hidup matinya kerajaan itu bergantung pada sungai dan selat. lah kalo sekarang sobat ke demak pasti kaget lha wong sekarang demak berada di tengah-tengah daratan mana ada pesisir. yah sob topografi tahun dahulu sama sekarang mah beda banget semua dapat berubah hanya dalam kurung waktu 100 tahun.
dalam sebuah catatan De Graaf "De Eerste Moslimse Voorstendommen op Java" yang menceritakan kalau jalur perdagangan pada masa lalu itu pernah dilakukan dari semarang ke demak langsung ke rembang dengan lewat selat kecil diantara jawa tengah dan pulau muria", inget nggak kalau laksamana cheng ho yang hebat itu dan menjadi nama bagi banyak masjid-masjid itu pernah melewati selat muria. dimana dibuktikan dengan 1 dari 26 jangkar kapal laksamana besar yang berawak lebih dari 1000 orang tiap kapal, satu abad sebelum belanda menjejakkan kakinya di tanah jawa yang tertancap di alun-alun kota rembang.  lah noh? tuh bener kan kalo dulunya terpisah?


lah iya deh sob bener, terus terus?
berkaitan dengan selat muria secara geologi sangat mungkin dibuktikan dengan teori sedimentasi selat demak akibat tumbukan kerak indoaustrali yang mendorong jawa mendekati pulau muria, pulau jawa bergerak keutara dengan jurusan 0-40 derajat dengan kecepatan 5-9cm pertahun. pulau jawa pergerak keutara searah dengan jarum jam sedangkan pulau sumatera bergerak berlawanan jarum jam. khusus semarang sedimentasi akibat erosi tanah lempung dari gunung unggaran. dalam sisi sejarah pada catatan kerajaan demak masalau pun saling menguatkan bahwa selat ini memang ada.

misalnya pada masa mataram kuno sebelum abad ke 14 aktivitas perekonomian mataram tidak menggunakan bengawan solo untuk jalur perdagangan ke jawa timur, mereka lebih suka lewat sisi lereng-lereng lau, wilis dan semeru. pada masa majapahit barulah bengawan solo jadi strategis sebagai jalur ekonomi mereka karena ekspansi mereka ke jawa barat tentunya. dan satu lagi pelabuhan utama mataram kuno adalah bergota. tidak banyak yang tahu kalau alun-alun kota semarang saat ini sebenarnya perada di pesisir bibir pantai utara pada abad ke 10. jadi wajarlah kalau kota ini rawan banjir.

kerajaan yang ditakuri pada masa lalu adalah yang menguasai sungai, selat dan laut oleh karena itu selat muria sangat strategis untuk aktivitas demak. pada abad ke 15 sisa sisa selat muria hanya tinggal rawa rawa pang penuh buaya dimana william daendels adalah seorang yang jenius dengan cara mengeringkan seluruh selat muria yang menjadi rawa itu sama seperti teknik pengeringan rawa singapore menjadi daratan, sehingga pembangunan jalan anyer panarukan tidak keluar dari tujuan utama sebagai jalan pesisir bercerita waktu menggarap ruas demak-kudus memotong semenanjung muria/jepara, para pekerja berkaparan dalam meninggikan tanah rawa karang anyar baik karena kelelahan kerlakuan keras maupun malaria yang berabad-abad menghanti karanganyar.


malahan semasa mengerjakan ruas ini, rawa karanganyar sebagian meruakan tepian laut yang menjorok ke darat, lingkungan alam yang cocok bagi buaya. disebutkan juga saat pembangunan jalan raya daendels sampai ke demak, sejumlah besar sungai pantai kecil menghadang para pekerja. bahkan demak dibelah kali tintang yang sedang sedang saja. kendala lain sebagian lokasi erupakan laut pedalaman atau teluk-teluk dangkal sehingga harus dilakukan pengurukan.
Daendels pun memutar otak mecari strategi untuk pembangunan jalan raya ini. lalu ia memerintahkan penggalian kanal di utara jalan raya, bukan saja untuk mendapatkan tanah urukan, tetapi juga menghubungkan kali serang di timur dan kali tuntang di barat. Daendels boleh bangga, kaerna mampu mengeringkan sekitar 36.000 rawa dan diubah menjadi sawah. meski demikian banjir dan genangan air tetap mengancam wilayah rendah ini baik selama dan setelah daendels.

pada masa jayanya, demak menguasai ekonomi dengan adanya selat muria, disamping itu pada masanya distribusi barang-barang dagang dari demak ke pedalaman jawa tengah selalu dikirim dengan kapal-kapal melalui kali serang yang bermata air di gunung merbabu dan pegunungan kendeng. jadi masa kehancuran demak selain karenan meninggalnya sultan trenggana lebih karena sedimentasi pasa selat muria itu. pendangkalan muara yang akhirnya hanya meninggalkan rawa-rawa tidak mungkin lagi untuk dijadikan jalur perdagangan

dari sisi sejarah hidup matinya kerajaan demak masa lalu, kita meyakini bahwa eksistensi selat muria memang benar adanya. lalu bagaimana dengan gunung muria? jika melihat topografi di gunung ini yang sanggat rumit yang menghasilkan banyak sungai sungai yang sangat bersih, maka bukan tidak mungkin pulau vilkanik ini memiliki peradaban sendiri pada masa lalu yang terpisah dengan jawa.
dimana telah di buktikan dengan adanya sisa sisa peninggalan berupa arca dan lainnya di gunung muria. wah jadi ingin kesana nih sobat.

1 komentar :