Rabu, 09 September 2015

Hey Tuan, Apa kabar?


Hai Tuan,
entah ini tahun keberapa aku menegenalmu,
entah bulan  keberapa aku merindukanmu,
entah hari keberapa akhirnya kau memtuskan untuk meninggalkanku.
Apa kau masih mengingat ketika kau mengenalkan teman temanmu satu persatu,
membawa masuk dlm komunitas. 
yg pada awalnya aku pun tak tau menau 
dan tak pernah membayangkan ikut bergabung dengan komunitas ini.

Hai Tuan,
kau berhasil,
berhasil mendidikku dengan ketulusanmu,
hingga tak pernah ku dapati diri yang rapuh.


Tuan,
rasanya cepat ya,
belum lama aku merasakan kau memperlakukanku seperti tuan putri,
tak pernah meninggalkan ataupun menyakiti.

Bagaimana kabarmu sekarang, Tuan?
Apa kau masih menjadi sosok pangeran yg berhati mulia ?
Apa kau masih menyimpan rindu yang akan kau pulangkan kepada sang putri ?

Dulu, kita saling mengikat hati dengan janji,
saling melindungi dengan perbuatan.
Merebahkan kepalaku di pjndakmu dan menatap jutaan bintang di atas sana.


Kapan engkau kembali,Tuan ?
Apakah pertengkaran ini yang membuat jurang,
apa yang engkau mau,
apa yang aku mau kadang bukan di rangkum dengan bahasa.
lagi dan lagi hanya berujung tengkar.

Tuan,
aku ingin membawamu pergi,
beda tipis dengan ingin meninggalkanmu pergi.


Tapi tenang Tuan,
biarlah kita belajar bahasa berbahasa lagi meski esok harus berkelahi lagi.

kerena, 
maaf,, 
aku tetap memilih untuk membawamu pergi.

Sebab,
aku tau,
menyanyangimu tidak pernah mudah,
namun membemcimu jauh lebih sulit.
ijinkan aku tetap menetap di sebelahmu,
menggengam tanganmu dan mengalahkan angkuhnya dunia.


Penulis, Meymiekee
Bedes Gunung

3 komentar :