Rabu, 09 September 2015

Geothermal? Relakah kita Kehilangan tempat bermain


Relakah kita kehilangan tempat bermain para sobat bedes demi terciptanya pembangkit listrik ramah lingkungan dengan tingkat emisi 1% ?
Pembangkit listrik Geothermal atau yang bisa disebut dengan tenaga panas bumi, salah satunya telah berdiri di kawasan gunung ijen, dan menurut rencana potensi eksplorasi selanjutnya menuju ke gunung welirang, wilis, ijen, bromo, raung, argopuro, semeru, bromo dan sejumlah gunung di jawa timur lainnya loh sobat,

Pembangkit listrik panas bumi tidak membakar bahan bakar untuk menghasilkan listrik jadi ini adalah pembangkit listrik yang mandiri dan bersih, dengan tingkat emisi yang sangat rendah, melepas kurang dari 1 % emisi karbondioksida dibandingkan pembangkit listrik berbahan fosil, memancarkan 97% lebih sedikit senyawa belerang penyebab hujan asam dibandingkan yang dipancarkan oleh pembangkit listrik berbahan fosil, melepaskan sangat sedikit gas rumah kaca, dengan biaya perawatan yang murah, namun memerlukan modal yang tinggi untuk awal pembangunannya.
gimana nih sobat bedes ramah lingkungan dan biaya perawatan murah kan?


Total ada 24 negara pemakai geothermal, meski geothermal adalah energi terbarukan namun tidak dapat dibangun di sembarang tempat, pembangunan pembangkit ini hanya bisa di lakukan di daerah yang memiliki lempeng tektonik dan patahan vulkanik.


Ayo sobat ada yang tahu bagaimana energi ini di produksi?
sebenarnya tidak diproduksi namun lebih tepatnya memanfaatkan kekuatan alam, disini disingkat aja ya penjelasannya sobat biar mudah dipahami. pembangunan pembangkit ini haris berada didaerah lempeng tektonik yang mengandung vulkanik atau bisa disebut adanya patahan yang dialiri magma, dimana patahan yang dialiri magma ini memiliki struktur batuan keras yang kompleks dan memiliki kandungan air bawah tanah yang cukup banyak. air hujan yang turun dan meresap kedalam bumi ini akan sampai di patahan jalur magma tersebut.

bayangkan aja pusat bumi, dalamnya panas sehingga dapat mencairkan batu dengan cukup mudah. nah, bila air resapan hujan menuju kerak bumi, suhu akan lebih tinggi dan lebih tinggi. menurut perkiraan, untuk kira-kira tiap empat puluh meter suhu naik sekitar 34 derajat fahrenheit, akibatnya nih batu-batu dibawah permukaan yang panas ini memanaskan air sehingga terjadi penguapan. namun karena struktur dalam patahan tersebut berupa batuan maka uap air yang panas tersebut terjebak didalam dan tidak bisa keluar, terkadang ada juga air panas yang berhasil keluar ke permukaan bumi dan jadilah mata air panas.

Lah ini nih sobat bedes para insinyur akan mengebor permukaan tanah yang dasarnya ada patahan vulkanik dimana aliran magma berada, struktur bebatuan panas yang mampu untuk membuat penguapan air tadi, dan adanya kandungan uap air cukup besar. saat sumur bor telah jadi dan pipa-pipa dimasukkan maka, tekanan uap air panas dari dalam bumi langsung menuju permukaan bumi melewati pipa-pipa tersebut sampai ke mesin penyaring dan menggerakkan turbin sehingga menghasilkan listrik, uap air tadi yang keluar dari turbin akan langsung di buang sebagai uap air panas melalui cerobong. (dibeberapa negara seperti islandia UK, amerika dan lainnya uap air hasil pembangkit listrik tersebut tidak di buang begitu saja ke udara namun dialirkan ke kota-kota sehingga digunakan sebagai pasokan untuk air panas rakyat di musim dingin).


"Loh sobat, kalau uap air dalam tanah diambil terus apa ndak habis lama kelamaan? seperti yang terjadi di daerah PLT Geothermal kawasan gunung ijen yang katanya warga menimbulkan mengurangnya kadar air, mata air, sumur dalam tanah sehingga warga merasakan berkurangnya pasokan air untuk kebutuhan hidup?"

nah ini yang harus di benahi oleh pihak perusahaan PT. Medco Geothermal Indonesia selaku yang memiliki izin eksplorasi. dimana tepatnya di amerika pernah mengalami hal yang serupa seperti di ijen, solusinya adalah saat sumber uap air panas mulai berkurang mereka mencegahnya dengan membuat lubang bor khusus untuk mengalirkan air dingin dari permukaan bumi menuju daerah bebatuan panas tersebut untuk menyuplai dan menciptakan kembali kebutuhan uap air panas.

bahayanya adalah saat perencanaan explorasi dan pengeboran harus benar-benar akurat sehingga tidak tejadi kesalahan patahan sampai menyebabkan keluarnya gas beracun yang tidak di inginkan.
kemudian lokasi yang berada di dekat lempeng tektonik dengan bebatuan vulkanik ini rawan gempa bumi atau pergeseran lempeng yang ditakutkan dapat membuat celah retakan melebar, juga lokasi berada di dekat gunung aktif rawan akan aktifitas vulkanik, maka dibutuhkan penelitian lebih lanjut dan tata cara penanganan saat terjadi bencana alam. meski sampai sekarang belum ada kasus kerusakan akibat bencana alam.

so, gimana nih sobat bedes kalo menurut kedepannya pihak perusahaan pembangkit listrik akan melakukan kajian di gunung gunung jawa timur. apakah sobat setuju dengan pembangkit listrik ramah lingkungan ini untuk mewujudkan indonesia yang mandiri, lepas dari bbm atau sumberdaya fosil dan mejadi negara yang mewujudkan negara zero emision, atau sobat berpihak kepada lingkungan sobat bermain yaitu gunung demi menjaga kelestarian gunung jauh dari bangunan beton ataupun bangunan karya manusia lainya?

bayangkan nih sobat bedes, enaknya lagi trekking di salah satu gunung kemudian harapan melihat lancape alam yang indah dengan di tengah-tengahnya ada bangunan PLT Geothermal menghiasi?
hehehe nggak bisa dibayangkan sih kalo ada PLT Goethermal di tengah-tengah sabana Cikasur, Argopuro atau di sekitar kok-kopan, Welirang, nggak masuka akal banget nih bayangan saya :D hehehe soalnya umumnya lokasi geothermal ini berada di daerah lembah.



- Education can't stop natural disaster form occurring,
but it, can help people prepare for the possibilites -



Posted by Kucink
Bedes Gunung

Tidak ada komentar :

Posting Komentar